Visi SMA I TS

Terwujudnya Warga Sekolah Yang Beriman Teguh, Berpengetahuan Luas, Berjiwa Mandiri dan Berakhlakul Karimah

Selasa, 06 November 2012

CERITA PENDEK : DAWAI MUTIARA


DAWAI MUTIARA

Reportase Sore Trans TV saat ini terlihat membedakan perasaanku aku ternganga dan tidak kuasa terkesima dengan pemberitaan bahwa ada seorang anak kecil dengan kemiskinannya mampu merawat ibunya. Sinar namanya, gadis kecil asal pulau Ende Flores. Sebetulnya banyak peristiwa memperihatinkan yang terjadi dinegeri ini gempa bumi seolah menjadi berita kami rakyat Indonesia sehari-hari, anak-anak korban mutilasi, demonstrasi mahasiswa itu bagiku hal biasa. Namun entah mengapa aku sampai terhenyak dan menitihkan air mata saat itu.
            Memang saat itu usiaku baru 19 tahun aku sendiri bukan anak orang kaya, ayahku entah kemana semenjak aku dilahirkan sama sekali aku tidak mengetahui dimana ayahku berada, ibu mengatakan kepadaku ayahku meninggal saat ibu mengandungku. Ibu hanya bekerja menjajakan makanan keliling untungnya sedikit. Kakek dan nenek juga membantu perekonomian keluargaku, setiap hari aku harus merawat 4 ekor kambing peliharaanku untuk membantu mereka, yang aku berinama,Rejeki, Barokah, Nurul, Hudha.
            Saat ini aku sekolah di SMA X Kota Pesantenan walaupun aku tidak begitu cerdas namun aku berusaha aktif dalam setiap hal. Aku mengikuti lomba pidato, Teknologi Informatikaa, dan Drama, aku juga mempunyai band  pemberian ibu Hasna.
            Aku, Ito, Airlangga, Dani, Shinta itulah anggota kelompokku baik kelompok Band maupun dalam keseharian yang jelas kehidupan kami hampir mirip dengan Laskar Pelangi. Kami semua anak yang kedua orang tua kami kurang mampu, namun kami punya semangat tinggi. Bahkan aku sendiri tidak tau ayahku sekarang masih hidup atau sudah meninggal.
            Maulana begitu teman-temanku memanggil aku dalam grub Band “Linggua Franca” sebagai vokalis, sekaligus pembetot bass, kacamataku selalu kubawa jika aku tampil biar kelihatan seperti Pasha atau siapalah yang penting terkenal.
            Sepulang sekolah aku menelepon ito anak band kami yang cerewetnya minta ampun hampir runtuh kelas kami dengan kalimat leluconnya yang lugas namun polos atau ceplas-ceplos “Ito, kamu lihat atau mendengar nama sinar anak dari Pulau Ende Flores” “ jelas dong, anak gaul masa tak tahu”  “sombong kamu” “memang ada apa” ? “Kamu punya ide tidak untuk membantu dia?” Terdengar Ito terdiam dan menghembuskan nafas. Ok Kalau begitu, I get it? “apa itu?” kita cari  koin peduli saja buat Sinar?” ,”weleh-weleh” to, mentang-mentang kita ter inspirasi Prita dan Ibu Bilqis ya?”. “ya iya lah. My friend, kamu kan punya facebook”, itulah gaya canda Ito. Aku sendiri juga harus mengimbanginya. Bagaimana kalau kita disangka penipu To? “ oya aku yang lupa” . begini tok, besok aku diskusikan lagi, pulsaku habis nih, tinggal 500”.
            Mungkin tuhan masih ingin memberikan aku cobaan, ditEngah aku membutuhkan kasih sayang orang tuaku tiba-tiba  Ibu memanggil aku “maulana sini le !” ada apa Bu”, “ kalau Ibu bekerja dikota ini, kamu tahu uang hasil jualan ibu tidak cukup buat biayain hidup kita” Maksud ibu mau kerja apa?, aku belum paham”. Tetangga kita pak Hasan menawarkan Ibu bekerja sebagai penderes karet disumatra, gajinya lumayan” “ tapi bu, masa ibu tidak kasihan sama aku?” “aku juga sebetulnya berat, tapi kan kamu sudah besar, kamu bisa jaga dirimu baik-baik”. Malam itu disudut ruang tamu dengan angin yang kencang pertanda mau hujan aku berusaha untuk menerima kenyataan dan berfikir lebih dewasa. “ Iya terserah Ibu saja,”.
            Keesokan Pagi aku masih terngiang - ngiang kata ibuku kalau dia mau pergi ke Sumatra, nasibku sekarang sama seperti Dani teman grub Bandku, ibunya juga merantau ke Arab, hanya dia beruntung, dia punya ayah yang menyayanginya.
            Untuk mengurangi kesedihan, aku sering berlatih Band dengan teman-teman Grup Lingua Franca, malam hari aku menjadi Penyiar Dj FM atau Damarjati FM di desa Rutan Bambu, disitulah tempat aku menghilangkan perasaan gundahku.
            Tiba-tiba Ito menelepon  aku di sela-sela aku siaran “assalamualaikum To, ada apa? “ini aku ada ide bagaiman kalau kita  adakan konser “, “ uang dari mana To?. “ dikabupaten ada lomba Band anak SMA hadiahnya lumayan 5 juta rupiah, “kita ikut maksud kamu” “Iya Dani, Shinta juga setuju kog” Iyo wis, aku terima kasih ya atas idemu ini aku mau siaran lagi, nanti aku telepon balik. “Iyo podo-podo muach”
            Malam ini aku tidak bisa tidur memikirkan konsep musik seperti apa yang ingin aku tampilkan bersama teman-teman. “Iya konsep budaya Indonesia” itulah ideku tiba-tiba tersingkap.
            Begini teman-teman konsep musik yang kita bawakan nanti budaya Indonesia masing-masing kita memakai pakaian adat. Ito baju Adat Bali, aku Jawa, Dani Batak, Shinta Maluku bagaimana kebetulan aku punya tante yang memiliki batik baju adat bagaimana?” itulah saran yang aku berikan kepada teman-teman ku saat mengikuti lomba band anak SMA se- Kab Pesantenan.
            Hari-hari menjelang perlombaan kami semakin giat berlatih, aku bersyukur mempunyai teman-teman yang sama pemikirannya dengan aku walaupun kami anak orang yang kekurangan tapi hati kami masih peduli dengan sesama. Guru-guru dan kepala sekolah juga mendukung keinginanku beserta teman-temanku.
            Hari ini kami bersiap siap barangkat ketempat perlombaan desa Rutan Bambu memang agak jauh kekota Pesantenan kira-kira 12 Km. bis kami melaju sedang, kami bersiap dengan baju dan perlengkapan kami, oya ini lirik lagu buat sinar.

#          seuntai harap kini terbayang
didalam terang pikiran gadis
engkau hati laksana dewi
penyejuk sukma, pembakti negeri
                        Dialam ini mana peduli
                        Hanya berfikir serba materi
Engkaulah sinar dambaan hati
Bagi sang ibu, kekasih hati
            Percayalah sinar kan datang
Untuk bersama obati hati
Kita berkawan takkan pergi  
Menjadi jiwa serba peduli

            Reff.   Di alam ini mana peduli
Hanya berpikir serba materi
Engkaulah sinar damdaan hati
Bagi sang ibu, kekasih hati

            Kami pun melewati perlombaan tersebut dengan perasaan yang bercampur aduk antara takut, was-was, perasaan optimis, maupun pesimis, karena sebelumnya band kami belum pernah mengikuti lomba, hanya kami sering latihan rutin.
            Tiba-tiba “hadirin sebentar lagi akan diumumkan hasil perolehan nilai untuk lomba band. Siswa SMA se-kabupaten Pesantenan Untuk kali pertama hati kami berdegup kencang “juara Harapan II diraih oleh SMA 3 dengan total perolehan nilai 350, juara Harapan I dengan nilai 353 diraih SMA II Pesantenan”. Seketika itu juga pupus harapan grub “Lingua Franca”, berarti kita tidak jadi memberikan sereceh harapan untuk kado buat sinar. “Hus jangan berisik” tiba-tiba Shinta nyelentuk. “Kita masih punya harapan kalian itu pesimis banget”, “iya-iya, tapi apa mungkin Shinta” Ito menyanggah. “Juara I adalah” 10 menit kami menunggu  kata-kata MC perlombaan yang secara sengaja membuat hati para peserta dag……dig…..dug……deer “dengan total nilai 510, jumlah yang fantastis” diraih oleh siswa SMA X “    “ Ha……” itulah perkataan kami kompak. “yes,yes,yes, got, got” ito melucu lagi.
            Namun diantara kami hanya Dani yang kelihatan murung, wajahnya pucat padahal dialah yang paling semangat menabuh drum, iya cita-cita memang seperti gilang Ramadhan, “Kamu sakit Dan” cetusku , Ah, biasa saja, Cuma kepalaku pening” pasti kamu kecapekan , “ Ah biasa nanti juga sembuh.
            Setelah penyerahan secara simbolis hadiah pada hari itu juga kami pun pulang , tak ada filsafat aneh dihati kami tiba-tiba ada sepeda montor yang dikendarai seorang bapak, istrinya dan seorang anak kira-kira usia 4,5 tahun menyalip bis kami, di belakang kami ada bis jurusan Tayu. Pesantenan spontan bis kami mengerim secara tiba-tiba, bis belakang kami menghantam bagian belakang bis kami Dani, yang kebetulan berada dibelakang jatuh terpental kedepan dan kepalanya membentur lantai bis “ Dani, Dani” aku dan Ito, juga Airlangga membantu kami, namun, Dani sudah tidak bernafas lagi, shinta menangis sejadi jadinya ditengah kerumunan orang.
Kami berfikir masih ada harapan Dani untuk hidup karena jarak rumah sakit hanya 200 meter didepan, warga disekitar juga sangat membantu kami, namun sayang di depan rumah sakit RSU suwondo, nyawa Dani tidak tertolong lagi.
Apalah arti uang 5 juta kalau kami kehilangan sahabat kami tercinta. Ibunya di arab Saudi sangat bersedih karena putra satu-satunya meninggal dunia, padahal Ujian Nasional Kami juga semakin dekat.
Seketika juga mengemukakan pendapatku” Aku minta maaf karena ideku membantu sinar, Dari meninggal. Kau ini bicara apa maulana “Airlangga menjawab”. Bagaimana kalau seluruh hadiah yang kita peroleh kita berikan semua buat keluarga dani, Aku tidak setuju”Ito seruis. “kamu tahu Dani itu orangnya baik, dia berusaha seperti ini untuk membantu orang lain bukan untuk dirinya sendiri ,”aku tahu”. Kita semua tidak perlu menyesali peristiwa ini, ini semua  takdir dari yang maha kuasa “Shinta berusaha mendinginkan suasana. “Begini saja, kita tetap memberikan hadiah untuk Sinar. Dani tentu akan lebih senang melihatnya”. Akhirnya kami sepakat untuk memberikan hadiah kejuaraan kami untuk sinar gadis  berbakti dari Flores.
Suasana pemakaman Dani sangat menyakitkan bagiku sahabatku pergi dengan cara peristiwa tragis, tidak ada firasat apapun dalam benak kami, hanya keluhan pusing beberapa jam sebelum peristiwa tersebut.
Akhirnya kami mengirimkan sejumlah uang itu buat sahabat kami Sinar lewat program peduli Sinar, dan membingkiskan gitar bertuliskan “Dawai Mutiara” dari sahabat kami Dani. Selamat jalan Dani terima kasih atas pengorbananmu buat orang yang belum kau kenal. Selamat jalan Mutiara yang sesungguhnya.
Ujain Nasional telah kami lalui, Pengumuman dinyatakan kami lulus 100%, termasuk Dani walaupun dia tidak mengikuti Ujian namun di hati kami dia lulus utuk menuju Surga.        
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon berkomentar dengan bahasa yang santun! Terima kasih!