DAWAI MUTIARA
Reportase Sore
Trans TV saat ini terlihat membedakan perasaanku aku ternganga dan tidak kuasa
terkesima dengan pemberitaan bahwa ada seorang anak kecil dengan kemiskinannya
mampu merawat ibunya. Sinar namanya, gadis kecil asal pulau Ende Flores.
Sebetulnya banyak peristiwa memperihatinkan yang terjadi dinegeri ini gempa
bumi seolah menjadi berita kami rakyat Indonesia sehari-hari, anak-anak korban
mutilasi, demonstrasi mahasiswa itu bagiku hal biasa. Namun entah mengapa aku
sampai terhenyak dan menitihkan air mata saat itu.
Memang
saat itu usiaku baru 19 tahun aku sendiri bukan anak orang kaya, ayahku entah
kemana semenjak aku dilahirkan sama sekali aku tidak mengetahui dimana ayahku
berada, ibu mengatakan kepadaku ayahku meninggal saat ibu mengandungku. Ibu
hanya bekerja menjajakan makanan keliling untungnya sedikit. Kakek dan nenek
juga membantu perekonomian keluargaku, setiap hari aku harus merawat 4 ekor
kambing peliharaanku untuk membantu mereka, yang aku berinama,Rejeki, Barokah,
Nurul, Hudha.
Saat
ini aku sekolah di SMA X Kota Pesantenan walaupun aku tidak begitu cerdas namun
aku berusaha aktif dalam setiap hal. Aku mengikuti lomba pidato, Teknologi
Informatikaa, dan Drama, aku juga mempunyai band pemberian ibu Hasna.
Aku,
Ito, Airlangga, Dani, Shinta itulah anggota kelompokku baik kelompok Band
maupun dalam keseharian yang jelas kehidupan kami hampir mirip dengan Laskar
Pelangi. Kami semua anak yang kedua orang tua kami kurang mampu, namun kami
punya semangat tinggi. Bahkan aku sendiri tidak tau ayahku sekarang masih hidup
atau sudah meninggal.
Maulana
begitu teman-temanku memanggil aku dalam grub Band “Linggua Franca” sebagai
vokalis, sekaligus pembetot bass, kacamataku selalu kubawa jika aku tampil biar
kelihatan seperti Pasha atau siapalah yang penting terkenal.
Sepulang
sekolah aku menelepon ito anak band kami yang cerewetnya minta ampun hampir
runtuh kelas kami dengan kalimat leluconnya yang lugas namun polos atau
ceplas-ceplos “Ito, kamu lihat atau mendengar nama sinar anak dari Pulau Ende
Flores” “ jelas dong, anak gaul masa tak tahu”
“sombong kamu” “memang ada apa” ? “Kamu punya ide tidak untuk membantu
dia?” Terdengar Ito terdiam dan menghembuskan nafas. Ok Kalau begitu, I get it?
“apa itu?” kita cari koin peduli saja buat
Sinar?” ,”weleh-weleh” to, mentang-mentang kita ter inspirasi Prita dan Ibu
Bilqis ya?”. “ya iya lah. My friend, kamu kan punya facebook”, itulah gaya
canda Ito. Aku sendiri juga harus mengimbanginya. Bagaimana kalau kita disangka
penipu To? “ oya aku yang lupa” . begini tok, besok aku diskusikan lagi,
pulsaku habis nih, tinggal 500”.
Mungkin
tuhan masih ingin memberikan aku cobaan, ditEngah aku membutuhkan kasih sayang
orang tuaku tiba-tiba Ibu memanggil aku “maulana
sini le !” ada apa Bu”, “ kalau Ibu bekerja dikota ini, kamu tahu uang hasil
jualan ibu tidak cukup buat biayain hidup kita” Maksud ibu mau kerja apa?, aku
belum paham”. Tetangga kita pak Hasan menawarkan Ibu bekerja sebagai penderes
karet disumatra, gajinya lumayan” “ tapi bu, masa ibu tidak kasihan sama aku?”
“aku juga sebetulnya berat, tapi kan kamu sudah besar, kamu bisa jaga dirimu
baik-baik”. Malam itu disudut ruang tamu dengan angin yang kencang pertanda mau
hujan aku berusaha untuk menerima kenyataan dan berfikir lebih dewasa. “ Iya
terserah Ibu saja,”.
Keesokan
Pagi aku masih terngiang - ngiang kata ibuku kalau dia mau pergi ke Sumatra,
nasibku sekarang sama seperti Dani teman grub Bandku, ibunya juga merantau ke
Arab, hanya dia beruntung, dia punya ayah yang menyayanginya.
Untuk
mengurangi kesedihan, aku sering berlatih Band dengan teman-teman Grup Lingua
Franca, malam hari aku menjadi Penyiar Dj FM atau Damarjati FM di desa Rutan
Bambu, disitulah tempat aku menghilangkan perasaan gundahku.
Tiba-tiba
Ito menelepon aku di sela-sela aku
siaran “assalamualaikum To, ada apa? “ini aku ada ide bagaiman kalau kita adakan konser “, “ uang dari mana To?. “
dikabupaten ada lomba Band anak SMA hadiahnya lumayan 5 juta rupiah, “kita ikut
maksud kamu” “Iya Dani, Shinta juga setuju kog” Iyo wis, aku terima kasih ya
atas idemu ini aku mau siaran lagi, nanti aku telepon balik. “Iyo podo-podo
muach”
Malam
ini aku tidak bisa tidur memikirkan konsep musik seperti apa yang ingin aku
tampilkan bersama teman-teman. “Iya konsep budaya Indonesia” itulah ideku tiba-tiba
tersingkap.
Begini
teman-teman konsep musik yang kita bawakan nanti budaya Indonesia masing-masing
kita memakai pakaian adat. Ito baju Adat Bali, aku Jawa, Dani Batak, Shinta
Maluku bagaimana kebetulan aku punya tante yang memiliki batik baju adat
bagaimana?” itulah saran yang aku berikan kepada teman-teman ku saat mengikuti
lomba band anak SMA se- Kab Pesantenan.
Hari-hari
menjelang perlombaan kami semakin giat berlatih, aku bersyukur mempunyai
teman-teman yang sama pemikirannya dengan aku walaupun kami anak orang yang
kekurangan tapi hati kami masih peduli dengan sesama. Guru-guru dan kepala
sekolah juga mendukung keinginanku beserta teman-temanku.
Hari
ini kami bersiap siap barangkat ketempat perlombaan desa Rutan Bambu memang
agak jauh kekota Pesantenan kira-kira 12 Km. bis kami melaju sedang, kami
bersiap dengan baju dan perlengkapan kami, oya ini lirik lagu buat sinar.
# seuntai
harap kini terbayang
didalam terang
pikiran gadis
engkau hati
laksana dewi
penyejuk sukma,
pembakti negeri
Dialam ini mana peduli
Hanya berfikir serba
materi
Engkaulah sinar dambaan hati
Bagi sang ibu, kekasih hati
Percayalah
sinar kan datang
Untuk bersama
obati hati
Kita berkawan
takkan pergi
Menjadi jiwa
serba peduli
Reff. Di alam ini mana peduli
Hanya berpikir
serba materi
Engkaulah
sinar damdaan hati
Bagi sang ibu,
kekasih hati
Kami
pun melewati perlombaan tersebut dengan perasaan yang bercampur aduk antara
takut, was-was, perasaan optimis, maupun pesimis, karena sebelumnya band kami
belum pernah mengikuti lomba, hanya kami sering latihan rutin.
Tiba-tiba
“hadirin sebentar lagi akan diumumkan hasil perolehan nilai untuk lomba band.
Siswa SMA se-kabupaten Pesantenan Untuk kali pertama hati kami berdegup kencang
“juara Harapan II diraih oleh SMA 3 dengan total perolehan nilai 350, juara
Harapan I dengan nilai 353 diraih SMA II Pesantenan”. Seketika itu juga pupus
harapan grub “Lingua Franca”, berarti kita tidak jadi memberikan sereceh
harapan untuk kado buat sinar. “Hus jangan berisik” tiba-tiba Shinta nyelentuk.
“Kita masih punya harapan kalian itu pesimis banget”, “iya-iya, tapi apa
mungkin Shinta” Ito menyanggah. “Juara I adalah” 10 menit kami menunggu kata-kata MC perlombaan yang secara sengaja
membuat hati para peserta dag……dig…..dug……deer “dengan total nilai 510, jumlah
yang fantastis” diraih oleh siswa SMA X “
“ Ha……” itulah perkataan kami kompak. “yes,yes,yes, got, got” ito melucu
lagi.
Namun
diantara kami hanya Dani yang kelihatan murung, wajahnya pucat padahal dialah
yang paling semangat menabuh drum, iya cita-cita memang seperti gilang
Ramadhan, “Kamu sakit Dan” cetusku , Ah, biasa saja, Cuma kepalaku pening”
pasti kamu kecapekan , “ Ah biasa nanti juga sembuh.
Setelah
penyerahan secara simbolis hadiah pada hari itu juga kami pun pulang , tak ada
filsafat aneh dihati kami tiba-tiba ada sepeda montor yang dikendarai seorang
bapak, istrinya dan seorang anak kira-kira usia 4,5 tahun menyalip bis kami, di
belakang kami ada bis jurusan Tayu. Pesantenan spontan bis kami mengerim secara
tiba-tiba, bis belakang kami menghantam bagian belakang bis kami Dani, yang
kebetulan berada dibelakang jatuh terpental kedepan dan kepalanya membentur
lantai bis “ Dani, Dani” aku dan Ito, juga Airlangga membantu kami, namun, Dani
sudah tidak bernafas lagi, shinta menangis sejadi jadinya ditengah kerumunan
orang.
Kami berfikir
masih ada harapan Dani untuk hidup karena jarak rumah sakit hanya 200 meter
didepan, warga disekitar juga sangat membantu kami, namun sayang di depan rumah
sakit RSU suwondo, nyawa Dani tidak tertolong lagi.
Apalah arti uang
5 juta kalau kami kehilangan sahabat kami tercinta. Ibunya di arab Saudi sangat
bersedih karena putra satu-satunya meninggal dunia, padahal Ujian Nasional Kami
juga semakin dekat.
Seketika juga
mengemukakan pendapatku” Aku minta maaf karena ideku membantu sinar, Dari
meninggal. Kau ini bicara apa maulana “Airlangga menjawab”. Bagaimana kalau
seluruh hadiah yang kita peroleh kita berikan semua buat keluarga dani, Aku
tidak setuju”Ito seruis. “kamu tahu Dani itu orangnya baik, dia berusaha
seperti ini untuk membantu orang lain bukan untuk dirinya sendiri ,”aku tahu”.
Kita semua tidak perlu menyesali peristiwa ini, ini semua takdir dari yang maha kuasa “Shinta berusaha
mendinginkan suasana. “Begini saja, kita tetap memberikan hadiah untuk Sinar.
Dani tentu akan lebih senang melihatnya”. Akhirnya kami sepakat untuk
memberikan hadiah kejuaraan kami untuk sinar gadis berbakti dari Flores.
Suasana
pemakaman Dani sangat menyakitkan bagiku sahabatku pergi dengan cara peristiwa
tragis, tidak ada firasat apapun dalam benak kami, hanya keluhan pusing
beberapa jam sebelum peristiwa tersebut.
Akhirnya kami
mengirimkan sejumlah uang itu buat sahabat kami Sinar lewat program peduli
Sinar, dan membingkiskan gitar bertuliskan “Dawai Mutiara” dari sahabat kami
Dani. Selamat jalan Dani terima kasih atas pengorbananmu buat orang yang belum
kau kenal. Selamat jalan Mutiara yang sesungguhnya.
Ujain Nasional
telah kami lalui, Pengumuman dinyatakan kami lulus 100%, termasuk Dani walaupun
dia tidak mengikuti Ujian namun di hati kami dia lulus utuk menuju Surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon berkomentar dengan bahasa yang santun! Terima kasih!